Dolanan Geni
Empat hari yang lalu, dia datang lagi dalam kehidupanku, dia yang dulu pernah punya cerita denganku, dia yang dulu pernah membuatku tertawa, dia yang dulu pernah membuatku menikmati anginnya segar dari atas bukit Watukendil dan dia yang pernah membuatku terjatuh dari atas panggung saat malam terakhir di sebuah pesta seni enam bulan yang lalu, membuat semua orang tertawa, membuatku malu dan merasa kesakitan karena perbuatan bodohnya di bawah pengaruh alcohol yang diteguknya dari botol hijau berlabel anggur cap orang tua. Huh?! Bodoh! Tolol! Goblok! Itulah yang muncul dalam pikiranku dan aku ndak menginginkan dia lagi sejak kepergiannya dari negeri ini. Ya, memang bukan dia yang kuinginkan untuk hidup bersama suatu hari nanti, namun dia yang ada, di sana, di pulau buaya itu yang kuinginkan.Dan aku perempuan yang menginginkan lelaki itu, namaku Menur. Menur Rinonce.
Dan kini, aku bersamanya. Dia yang bertubuh gembur dengan bola mata berwarna abu-abu kehijauan dengan paduan warna kuning, ha…. Susah menggambarkan warna matanya itu. Setiap kali aku menatap matanya, aku hanya bertanya pada diriku sendiri, apa warna matanya sesungguhnya? Well, ya… dalam empat bulan terakhir ini aku menjalin hubungan yang relative serius dengannya.
Namun, hari ini menyembunyikan sesuatu darinya, tapi yang kusembunyikan bukanlah perihal mengenai perselingkuhan, aku juga ndak berbohong dengannya, aku hanya belum memberitahunya bahwa empat hari yang lalu aku bertemu dengannya kembali. Ndak tahu kenapa, aku lebih memilih untuk bungkam sementara akan apa yang kulakukan ini. Lagipula ndak ada salahnya jikalau aku memang memberitahunya bahwa aku akan menemui landha jangkung bertubuh kekar ini pada lelakiku, karena memang ndak terjadi apa-apa diantara kami. Namun sepertinya hal ini ndak gampang, ndak mudah, mengingat beberapa hari yan lalu kami sempat padhu gara-gara hal yang ndak begitu jelas.
Aku menjemputnya di bandara. Sempat terlintas dalam pikiranku bahwa pertemuan kami kali ini akan aneh jadinya. Bagaimana ndak? Dulu, cerita yang kami punya adalah cerita yang selalu dibumbui dengan hubungan intim antar dua anak manusia dan sekarang, sejak aku bersama lelakiku, cerita kami pun akan berbeda adanya. Aku ndak mau lagi selingkuh, aku ndak mau lagi menghancurkan hubungan yang baru kubangun selama empat bulan ini karena aku menginginkannya.
Dengan kemeja putih dan tas ransel, dia meninggalkan pintu kedatangan dan aku pun mengejarnya untuk menyapa landha tampan yang telah mulai beruban ini. Dia beda, dia sudah mulai nampak tua tapi dia masih kelihatan kekar.
“Hi…. Apakabar?” kataku dari belakang
“Hey! Aku baik-baik saja! Kamu?”
“Ya! I am great!” jawabku dengan tersenyum bahagia karena melihatnya kembali.
Aku bahagia, tapi aku ndak sebahagia ketika aku menjemput lelaki yang datang pada akhir bulan sepuluh lalu. Bahkan, yang kurasakan adalah suatu kekacauan dalam pikiran dan hatiku yang membuatku takut untuk berjalan di sampingnya atau lebih parahnya aku menginginkan agar dia ndak usah datang ke sini karena dia akan menimbulkan maslaah saja bagiku nantinya.
Ya, itulah yang ada dalam pikiranku ketika aku duduk di belakangnya saat kami mengendari motor supra fit milikku yang dulu pernah punya cerita dengannya.
“Hujan! Dingin!” katanya
Aku tahu dia memancingku agar aku memeluk tubuh kekarnya itu seperti dulu, aku ndak tahu apa yang harus kulakukan. Apakah aku harus memluknya tanpa rasa bersalah pada lelakiku atau aku membiarkannya kedinginan setelah aku membuatnya datang kemari?
“Aku akan menghangatkanmu!” kataku dengan tangan yang langsung melingkar di perutnya.
Aku merasa kacau, aku merasa bersalah namun dalam kekacauan pikiranku itu aku pun menikmati tubuh kekarnya. Aku mencoba mengingat kembali harum tubuhnya, aku mencoba mengingat kembali hangat tubuhnya.
“Kowe ki pancen goblok Menur!” kata seseorang dalam pikiranku.
“Kamu ndak ingat? Dulu kau pernah dipermainkannya! Kamu dulu pernah ditendangnya, saat kamu mulai menyayanginya. Kamu dulu pernah diberikan suatu ikatan semu yang membuatmu terbuai dalam suatu angan-angan! Kamu ndak ingat dengan semua itu?
Lalu, apa kamu juga ndak ingat waktu dia mulai menghinamu hanya karena sepotong kue di Prawirotaman? Lalu bagaimana dengan kejadian-kejadian yang membuatmu menangis? Ndak cuman sekali Menur… dia membuatmu menangis, tapi berulang kali. Dia membuatmu bertindak bodoh yang membahayakan dirimu, dia membuatmu malu di hadapan banyak orang.
Menur, Menur! Kamu ini sudah punya lelakimu. Wong lanang yang peduli denganmu, wong lanang sing nggenah! Kalau dia ndak sayang sama kamu, kenapa bojomu itu sudah membuat rencana jangka panjang buat kalian berdua? Bahkan cuman buat kamu Menur, dia ndak menerima tawaran kerja di negeri coklat itu.
Apa yang kamu cari dari lelaki yang ada di hadapanmu ini Menur? Dia ini bukan siapa-siapa! Dia itu ndak beda dengan landha-landha yang kamu kenal di Bali atau di Jogja yang ndak jelas gaweane. Memang sekarang dia punya gawean yang cukup membuatnya punya nama, tapi kamu sendiri sudah kenal dengan dia toh?
Dia bangga dolan dengan seniman besar Indonesia, dia bangga cerita tentang bagaimana ia mengkonsumsi narkoba bersama kanca-kanca seniman besar Indonesia, bahkan saking bangganya berulang kali dia menceritakan pengalamannya itu. Kalaupun dia seniman yang punya karya meskipun ndak luar biasa, mungkin aku ndak akan membicarakannya. Tapi, dia itu orang macam apa? Seniman juga bukan toh? Dia bilang kalau dia seniman dalam nglinting ganja. Ha ha ha ha ha ha! Goblok betul! Sinthing! Lelaki macam apa itu Menur?
Kalau kamu mau, kamu bisa kok laporkan hal ini ke polisi. Kamu tahu di mana biasanya dia dan teman-temannya merokok ganja, kamu tahu ke siapa dia mencari ganja di Jogja, kamu juga tahu bagaimana dia membawa ganja dari Jakarta ke Jogja atau sebaliknya. Tapi aku tahu Menur, kamu ndak mau melakukan hal itu karena kamu menganggapnya teman dan mereka juga temanmu.
Menur, kalau kamu mau landha, banyak landha yang nggenah dan bener, ketimbang dia. Bukan dia! Kamu ndak usah sama dia! Buat apa seksi badannya kalau ujung-ujungnya cuman bajingan? Kamu lebih milih bajingan seperti dia yang cuman mikirin urusan ranjang-ngewek ketimbang urusan lain?
Memang ketimbang landha Jerman yang telah membuatmu hidup dalam dunia awang-awang itu, peselancar satu ini memang lebih baik. Tapi, sekali lagi Menur, kalau kamu mau landha, bukan landha yang ada di hadapanmu ini yang pantas kamu terima, melainkan lelakimu yang sekarang ini.
Lihat saja lelakimu itu, apa pernah dia cerita tentang narkoba? Apa pernah dia cerita tentang hal-hal yang ndak penting? Ndak toh? Kamu ingat bagaimana bedanya cara lelaki dengan dia bercerita akan kehidupan mereka? Sudahlah Menur! Tinggalkan saja dia!”
Suara it terus berbicara padaku dan terus mengarahkanku. Aku merasa kacau, aku merasa gila. Apa mau perempuan ini? Mengapa dia ndak ada henti-hentinya menasehatiku? Menasehatiku dengan keras dan menggoblok-goblokan aku.
Aku mencoba tenang. Aku ndak boleh marah terhadap suara itu, suara itu memang benar adanya.
“Buat apa Menur? Apa yang kamu inginkan dari lelaki ini?”
“Aku menginginkan persahabatan dengannya!”
“Ha ha ha ha ha Menur! Naif sekali kamu! Dari ceritamu di masa lalu persahabatan tanpa hubungan intim dengan landha-landha itu kecil kemungkinannya! Atau malah ndak akan mungkin! Apalagi dengan dia! Kamu ingat Justin? Andy? Ethan? Apa kamu masih berhubungan dengan mereka sekarang? Ndak toh?
Andy menghubungi waktu dia butuh perempuan, Ethan ndak menghubungimu lagi, Justin menghilang entah ke mana meskipun kamu ngobrol dengannya beberapa hari yang lalu tapi ujung-ujungannya obrolan apa yang dia angkat ketika semua topic telah habis? Urusan ranjang lagi toh?
Memang dengan Keaton, kamu punya cerita yang berbeda. Kamu bisa bersahabat dengannya tanpa hubungan badan, menyetuh tangannya pun tidak waktu kalian dolan bareng untuk menghabiskan sebotol bitang kecil bersama.
Menur, kuberitahu kamu dan aku ingin kamu memahami kata-kataku ini.
Kamu ini perempuan cerdas, kamu ndak butuh dia, kamu cuman butuh lelakimu sebagai patnermu yang akan mendukung karirmu suatu hari nanti. Kamu punya cinta untuk dia dan dia untuk kamu. Bukan laki-laki yang ada di hadapanmu ini Menur. Apalagi, setiap kali kamu menyampaiakan pesan, kamu ndak pernah menyampaikan pesan secara langsung, kamu selalu menyampaikan pesan yang terselubung, kalau dia cerdas dia akan paham, namun masalahnya dia ndak secerdas lelakimu. Dia ini goblok! Kalau kamu menyampaikan pesan A langsung saja katakan A atau kecuali kamu mau main-main dengan api. Ya monggo! Ndak usah njerit-njerit kalau nanti kebakar, ndak usah minta tolong kalau nanti hangus! Itu salahmu! Kalau kamu butuh air untuk memadamkan api yang membakarmu. Mlayu’a! Golek banyu dhewe! Itu saja pesanku!
Ingat! Kamu ini bukan anak kecil lagi. Kamu ini sudah cukup dewasa, kamu tahu mana yang harus kamu lakukan! Kalau kamu dolanan geni njuk kobong golek banyu dhewe,!”
*****
Sender:
Menur Rinonce
081227608595
Sent:
09:16:02
27-11-2008
Hey, ntar kalau udah bangun sms aku ya! Kasian kamu nggak pernah bisa tidur!
Sender:
Mario Antunes
0852285858
Sent:
09:17:05
27-11-2008
Aku lagi sarapan sekarang! Banyak hal yang akan aku lakukan hari ini.
Sender:
Menur Rinonce
081227608595
Sent:
09:18:01
27-11-2008
Mau pergi sama aku atau kita ketemu nanti?
Sender:
Mario Antunes
0852285858
Sent:
09:19:12
27-11-2008
Hey aku lagi di tempat teman. Aku hubungi kamu lagi nanti!
Sender:
Menur Rinonce
081227608595
Sent:
09:21:00
27-11-2008
Haaaa OK! Sampai jumpa!
“Sepertinya dia marah padaku!” kataku pada diriku sendiri membaca bagaiamana caranya mengirim sms untukku kali ini. Dia nak seperti biasanya. Ya… sudahlah! Mau apalagi? Benar kata perempuan itu semalam padaku, ojo dolanan geni ndak kobong! Dan sekarang sepertinya api itu telah mulai kertas ini sedikit demi sedikit.
“Who give a damn abou him anyway?!” kataku cuek kembali membaca halaman pertama berita tentang terror di Mumbai India.
*****
Sender:
Mario Antunes
0852285858
Sent:
15: 15:15
27-11-2008
Sepertinya kamu nggak perlu ikut untuk ke tempat Sony!
Sender:
Menur Rinonce
081227608595
Sent:
15:17:00
27-11-2008
Akh! It’s ok! Not a big deal for me!
Kamu marah sama aku ya?
Sender:
Mario Antunes
0852285858
Sent:
15: 19:21
27-11-2008
No! Nggak marah sama kamu, cuman kenapa semalam kamu bikin aku frustasi tanpa sebab? Aku nggak habis pikir apa yang kamu mau sebenarnya.
Sender:
Menur Rinonce
081227608595
Sent:
15: 22: 01
27-11-2008
Aku? Bikin kamu frustasi? Mario, kamu harus ngerti donk! Keadaan sekarang udah beda! Aku udh punya pacar dan kupikir apa yang kuungkapkan selama ini melalui e-mail, kamu sudah paham akan apa yang terjadi jika suatu saat nanti kita ketemu.
OK! Aku akui semalam memang kesalahanku untuk tidur satu ruangan, satu ranjang dengan kamu tapi apa kamu nggak bisa menahan napsumu itu. Atau, selama ini kamu berteman denganku hanya untuk sex ya?
Sender:
Mario Antunes
0852285858
Sent:
15: 25:11
27-11-2008
Tapi, semalam kamu bilang aku harus lebih bagus lagi agar kamu mau ML lagi sama kamu. Lalu apa yang harus aku pikirkan? Lagipula, kamu cerita padaku bahwa kamu tidur dengan sepasang kekasih sewaktu kamu sudah bersama pacarmu ini.
Sender:
Menur Rinonce
081227608595
Sent:
15: 27: 56
27-11-2008
Mario, kamu nggak menjawab pertanyaanku! Kamu selama ini berteman dengan aku hanya untuk sex ya? Mario, dengar ya, setiap kali aku ngomong sesuatu jangan tangkap mentah-mentah gitu aja donk! Berapa lama sih kamu kenal aku? Berapa lama sih kamu kenal sama cewek? Kamu paham nggak sih?
Sender:
Mario Antunes
0852285858
Sent:
15: 35:11
27-11-2008
Lalu kenapa semalam kamu melepas kaosmu?
Sender:
Menur Rinonce
081227608595
Sent:
15: 36: 11
27-11-2008
Panas! Sudahlah! Ayo kita ketemu! Berdebat melalui sms nggak nyelesain masalah!
Lagipula, aku masih merasa sakit atas apa yang kamu lakukan ke aku selama ini!
Sender:
Mario Antunes
0852285858
Sent:
15: 37:18
27-11-2008
Akh… jadi sekarang kamu membuat aku merasa bersalah atas kejadian yang sudah-sudah?
Sudahlah, kita ketemu sewaktu aku kembali ke Jogja. Aku mau siap-siap ke rumah Sony.
“Menur…, kamu sudah kuperingatkan sebelumnya!” kata perempuan itu lagi kepadaku.
“Ya! Tapi kamu ndak melakukan apa-apa! Lagipula, aku ndak salah seratus persen kok.”
Krincingggg…….. bunyi handphoneku. Ada sms masuk.
Sender:
Mario Antunes
0852285858
Sent:
15: 42:18
27-11-2008
Menur, kamu memang benar kalau aku desprate! Puas kamu?!
“Kamu lihat Menur? Kamu siap menanggung apa yang akan terjadi selanjutnya?” Tanya perempuan itu tersenyum dibalik tirai putih bermain ayun-ayun di bawah pohon blimbing.
“Ya! Ya! Ya!” kataku lelah pada perempuan itu.
Perempuan itu memang benar namun aku ndak begitu merasa bersalah dengan kejadian yang baru saja terjadi. Kalau dulu aku sampai menangis ketika hal ini terjadi tapi sekarang aku ndak lagi, mungkin justru dialah yang sekarang menangis. Tapi, mau bagaimana lagi? Dulu dia pernah menyakitiku dan aku juga mau dimerasakan hal sama dengan apa yang kurasakan.
Di satu titik aku merasa sangat bahagia karena akhirnya aku menang, di satu sisi aku merasa bersalah. Namun benar apa yang dikatakan Cake dalam lagunya aku telah berjuang supaya aku ndak menyerah begitu saja pada keadaan, aku menantang keadaan, kalau dia memang bukan untukku aku akan menemukan laki-laki lain yang akhirnya untukku. Dan aku bersamanya sekarang, lelakiku yang kusayangi dan menyayangiku.
“Mario, maafkan! But I'm not that stupid little person still in love with you! Kamu mungkin bisa membuar perempuan lain terus mengingkanmu, namun ndak denganku. Tapi, hey, aku pun ingin kamu bahagia dengan perempuan yang nantinya akan menjadi pendamping hidupmu. Karena mimpiku adalah hidup bahagia bersama lelakiku.”
Yogyakarta, November 30th 2008
Elisabeth Oktofani